Layanan Berita Ekspres

CHENNAI: Pemilu tahun 1967 merupakan titik balik tidak hanya bagi Tamil Nadu namun juga bagi seluruh negara. Sebab, baru kali ini Kongres kalah dari partai daerah, DMK. Pemilu ini juga menciptakan tren baru, yaitu membentuk aliansi pelangi untuk mengalahkan raksasa seperti Kongres.

Partai Grand Old berharap popularitas pemimpinnya K Kamaraj bisa menyelamatkannya. Mereka terkejut ketika hasilnya diumumkan. Kamaraj yang perkasa sendiri kehilangan kursinya karena pemuda DMK. Sebelumnya, setelah Kamaraj mengundurkan diri sebagai menteri utama, negara menyaksikan kerusuhan di bawah M Bhaktavatsalam. Ada protes anti-Hindi, kelaparan dan inflasi. Ketidakmampuan pemerintah untuk mengatasi krisis-krisis ini menimbulkan kemarahan tidak hanya di kalangan masyarakat tetapi bahkan di kalangan kader Kongres.

Partai nasional besar lainnya, Partai Komunis India, menghadapi perpecahan setelah Perang Indo-Tiongkok. Bertujuan untuk menggeser Kongres, DMK telah membentuk aliansi pelangi bahkan dengan partai-partai yang memiliki ideologi yang sangat bertentangan. Aliansi tersebut terdiri dari Partai Swatantra pimpinan Rajaji, Liga Muslim, Blok Maju, Partai Sosialis Praja, Tamizharasu Kazhagam pimpinan Sivagnam, dan Nam Tamilar pimpinan Si PA Adhithanar.

DMK memperebutkan 173 kursi sebagai bagian dari aliansi dan memenangkan 137 kursi untuk mengamankan mayoritas dengan hanya 40,69 persen perolehan suara. Sebaliknya Kongres memperoleh 41,10 persen dan hanya meraih 49 kursi. Menariknya, Rajaji, yang pernah menjadi pemimpin Kongres terkemuka, berkampanye untuk mengalahkan partai besar lama tersebut.

Di sisi lain, ‘Periyar’ EV Ramasamy yang merupakan ikon ideologi Dravida berkampanye melawan DMK. Pemilu tersebut juga menyaksikan munculnya aktor MG Ramachandran, yang akrab disapa MGR, sebagai daya tarik populer DMK. Selama puncak kampanye pemungutan suara, MGR ditembak oleh sesama aktor MR Radha saat duel verbal mengenai perselisihan perdagangan. Para petugas DMK bahkan memanfaatkan hal ini dan menempelkan gambar MGR yang sedang dirawat. Bahkan kejadian yang tak ada hubungannya ini pun konon mendapat banyak simpati dari pihak DMK.

Namun, ketentuan DMK yang paling populer adalah janji tiga padi (ukuran tradisional yang setara dengan sekitar 1,65 kg) untuk satu rupee. Slogannya adalah “Moondru padi latchiyam, oru padi nichayam”. Terjemahan bebasnya adalah: Tujuan kami adalah menawarkan tiga padi beras seharga satu rupee. Tapi kami yakin menawarkan satu padi untuk satu rupee. Partai Kongres menganggap ini sebagai kemunduran jangka pendek karena partai tersebut memperoleh perolehan suara yang lebih besar. Namun sejarah kemudian menunjukkan bahwa partai tersebut tidak akan pernah bisa mendapatkan kembali kejayaannya yang hilang.

Bahkan sebelum menyelesaikan dua tahun sebagai CM, pendiri DMK CN Annadurai meninggal dunia karena sakit. M Karunanidhi menyalip beberapa senior lainnya dan mengantongi kursi CM. Pemerintah DMK telah gagal melaksanakan janjinya yang banyak dibicarakan, yaitu satu beras ‘padi’ seharga satu rupee. Pembantaian 44 Dalit di Kilvenmani juga menjadi salah satu isu besar yang terjadi di rezim DMK.

Namun rezim DMK juga memulai dialog baru mengenai federalisme dengan menegaskan hak-hak negara. Annadurai bahkan membentuk panel untuk mengkaji hubungan pusat negara. Negara bagian Madras diubah namanya menjadi ‘Tamil Nadu’ setelah resolusi majelis negara bagian disahkan di parlemen. Prestasi penting lainnya adalah legitimasi ‘perkawinan harga diri’ yang berlangsung bahkan tanpa pendeta Brahmana.

Ikuti saluran The New Indian Express di WhatsApp

sbobet88