MADURAI: Surat edaran Dewan Kereta Api tentang penggabungan sekolah-sekolahnya di negara bagian dengan Kendriya Vidyalaya dan sekolah-sekolah lain menimbulkan kejutan di kalangan guru, siswa, dan orang tua karena mereka mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa-apa tentang masa depan sekolah tersebut, terutama di saat sekolah baru penerimaan diharapkan dimulai pada bulan April.
Seorang guru sekolah kereta api mengatakan tanpa mau disebutkan namanya bahwa meskipun dewan telah meyakinkan mereka bahwa mereka akan memberikan kesempatan kerja alternatif di departemen administrasi, para guru tidak tertarik dengan hal tersebut. “Semangat kami terletak pada mengajar. Mengajar adalah permainan yang sangat berbeda. Pekerjaan administratif tidak akan pernah bisa menggantikannya,” katanya.
Tamil Nadu adalah rumah bagi delapan sekolah kereta api – di Perambur, Tiruchy, Madurai, Arakkonam, Erode, Jolarpet, Podanur dan Villupuram, yang semuanya menawarkan silabus CBSE. Secara terpisah, Kereta Api Selatan memiliki sekolah kereta api lain di Palakkad di Kerala.
Sumber mengatakan lebih dari 6.000 anak belajar di sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan berkualitas dengan biaya terjangkau.
Sekretaris zona Southern Railway Mazdoor Union (SRMU) JM Rafiq mengutuk tindakan dewan tersebut dan mengatakan bahwa serikat pekerja tidak akan pernah mengizinkan pihak berwenang untuk menggabungkan sekolah-sekolah tersebut. “Daripada merger, sebaiknya perkeretaapian mengalokasikan dana ke sekolah-sekolah agar infrastrukturnya bisa lebih dikembangkan,” ujarnya.
Kepada TNIE, Sekretaris Daerah Gabungan Serikat Pegawai Kereta Api Dakshin (DREU) R Sankara Narayanan mengatakan, penggabungan sekolah kereta api dengan Kendriya Vidyalaya membuat anak-anak pegawai kereta api kehilangan kesempatan mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Sebelumnya, pada tanggal 30 April 2018, Southern Railway mengeluarkan arahan yang meminta seluruh petugas divisi untuk tidak mendaftarkan siswa baru di sekolah kereta api dan para guru akan secara bertahap diberikan posisi lain berdasarkan rekomendasi Komite Bibek Dehroy. Perintah tersebut kemudian dicabut karena serikat pekerja melakukan beberapa protes,” katanya.
Sankara Narayanan lebih lanjut mengatakan bahwa menggabungkan sekolah-sekolah tersebut bukanlah ide yang baik karena kekuatan siswanya yang buruk. “Sekolah itu untuk mensejahterakan anak-anak pegawai perkeretaapian,” ujarnya.
Menanggapi masalah ini, seorang pejabat Kereta Api Selatan mengatakan pada bulan November bahwa Kereta Api Selatan telah diminta untuk mengirimkan laporan status sekolah kereta api tersebut. “Kami belum menerima komunikasi apa pun dari pihak pengurus nantinya. Sebaiknya pihak KA mengambil keputusan terakhir. Kami berharap tidak ada masalah untuk penerimaan siswa pada tahun ajaran mendatang,” imbuhnya.