MADURAI: Sehari sebelum pembukaan kembali sekolah, pemerintah Tamil Nadu mengatakan kepada majelis Madurai di pengadilan tinggi Madras bahwa siswa sekolah tidak akan diharuskan menghadiri kelas secara fisik dan akan diizinkan untuk melakukan pembelajaran online juga. pilih, sebagai alternatif pilihan.
Pada hari Selasa, Advokat Jenderal R Shunmugasundaram, yang muncul untuk pemerintah negara bagian, membuat pernyataan di hadapan majelis hakim yang terdiri dari Hakim M Duraiswamy dan K Murali Shankar. Bangku sedang mendengarkan litigasi kepentingan umum (PIL) yang diajukan oleh seorang advokat, K Abdul Vahabudeen dari Tirunelveli.
Vahabudeen mengatakan banyak orang tua yang takut menyekolahkan anaknya di tengah pandemi dan ketakutan akan gelombang ketiga. Selain itu, belum ada vaksin COVID-19 untuk anak-anak, ujarnya. Anak-anak juga cenderung suka bermain dan mungkin tidak mematuhi jarak sosial dan protokol lainnya, yang dapat membuat mereka berisiko tinggi terinfeksi, lanjutnya.
Dia berdoa agar pengadilan mengarahkan pemerintah untuk memberikan alternatif pilihan kepada siswa sekolah untuk mengikuti pelajaran secara daring, selain kelas fisik, dan tidak memaksa siswa yang tidak mau datang ke sekolah.
Namun, Advokat Agung berpendapat bahwa meski sesuai dengan perintah pemerintah dan Standar Operasional Prosedur (SOP), pembelajaran daring akan tetap menjadi alternatif cara mengajar di sekolah setelah dibuka kembali. Siswa yang ingin belajar dari rumah atas izin orang tuanya boleh saja, demikian dikutip dari imbauan pemerintah. Instruksi serupa telah dikeluarkan untuk perguruan tinggi juga, tambahnya.
“Otoritas telah mengambil semua tindakan pencegahan untuk memungkinkan siswa menghadiri kelas baik secara online maupun fisik sehingga tidak ada paksaan pada siswa untuk menghadiri kelas secara fisik,” jelasnya.
Setelah mencatat pengajuan, Bangku mengarahkan Advokat Jenderal untuk memberikan jaminan tertulis, dalam bentuk surat pernyataan, bahwa siswa tidak akan diminta untuk menghadiri kelas fisik. Sidang berikutnya dijadwalkan pada 7 September. Sementara itu, surat pemberitahuan telah dikeluarkan kepada Direktur CBSE.
MADURAI: Sehari sebelum pembukaan kembali sekolah, pemerintah Tamil Nadu mengatakan kepada majelis Madurai di pengadilan tinggi Madras bahwa siswa sekolah tidak akan diharuskan menghadiri kelas secara fisik dan akan diizinkan untuk melakukan pembelajaran online juga. pilih, sebagai alternatif pilihan. Pada hari Selasa, Advokat Jenderal R Shunmugasundaram, yang muncul untuk pemerintah negara bagian, membuat pernyataan di hadapan majelis hakim yang terdiri dari Hakim M Duraiswamy dan K Murali Shankar. Bangku sedang mendengarkan litigasi kepentingan umum (PIL) yang diajukan oleh seorang advokat, K Abdul Vahabudeen dari Tirunelveli. Vahabudeen mengatakan banyak orang tua yang takut menyekolahkan anaknya di tengah pandemi dan ketakutan akan gelombang ketiga. Selain itu, belum ada vaksin COVID-19 untuk anak-anak, ujarnya. Anak-anak juga cenderung suka bermain dan mungkin tidak mematuhi jarak sosial dan protokol lainnya, yang dapat membuat mereka berisiko tinggi terinfeksi, lebih lanjut dia mengutip.googletag.cmd.push(function() googletag .display(‘div-gpt -ad-8052921-2’); ); Dia berdoa agar pengadilan mengarahkan pemerintah untuk memberikan alternatif pilihan kepada siswa sekolah untuk mengikuti pelajaran secara daring, selain kelas fisik, dan tidak memaksa siswa yang tidak mau datang ke sekolah. Namun, Advokat Agung berpendapat bahwa meski sesuai dengan perintah pemerintah dan Standar Operasional Prosedur (SOP), pembelajaran daring akan tetap menjadi alternatif cara mengajar di sekolah setelah dibuka kembali. Siswa yang ingin belajar dari rumah atas izin orang tuanya boleh saja, demikian dikutip dari imbauan pemerintah. Instruksi serupa telah dikeluarkan untuk perguruan tinggi juga, tambahnya. Foto | R Satish Babu “Otoritas telah mengambil semua tindakan pencegahan yang memungkinkan siswa untuk menghadiri kelas baik secara online maupun fisik sehingga tidak ada paksaan pada siswa untuk menghadiri kelas secara fisik,” jelasnya. Setelah mencatat pengajuan, Bangku mengarahkan Advokat Jenderal untuk memberikan jaminan tertulis, dalam bentuk surat pernyataan, bahwa siswa tidak akan diminta untuk menghadiri kelas fisik. Sidang berikutnya dijadwalkan pada 7 September. Sementara itu, surat pemberitahuan telah dikeluarkan kepada Direktur CBSE.